Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika
Pertanyaan-Pertanyaan dalam Perkuliahan
Filsafat
Pertanyaan
Yulian Angga Pratiwi:
Ø Apakah segala sesuatu itu memiliki pola serumit benang kusut?
Sebuah
pola itu bukan merupakan pola bagi orang yang tidak memahami. Sebuah jalan itu
bukan merupakan jalan bagi orang yang tidak memahaminya. Jadi, bagi orang yang
memahami dan mempercayainya, maka segala hal yang ada itu telah didesain oleh
Tuhan Yang Maha Esa dan segalanya memiliki pola, hanya saja karena keterbatasan
yang kita miliki akhirnya kita tidak mampu menyikapinya secara bijak. Ibaratnya
seekor semut yang ada di dalam ember, ia tidak mengetahui bahwa di luar ember
itu ada seekor ayam yang siap menerkamnya sebagai sebuah mangsa. Sehingga
segala pola yang ada di dunia ini tergantung keyakinan dan pikiran kita.
Pertanyaan
Rina Susilowati:
Ø Apa hakikat perbedaan dalam persatuan?
Semua
orang itu berbeda dalam berbagai hal tapi bisa bersama dalam beberapa hal.
Semua orang itu bisa berbeda namun semua orang itu adalah sama. Sama-sama
makhluk Tuhan. Sama-sama membutuhkan oksigen. Sama-sama membutuhkan makan. Dan
pada akhirnya sama-sama akan mati. Namun tidak ada manusia yang sama oleh
karena manusia terikat oleh ruang dan waktu.
Ø Kapan sesuatu itu dikatakan sebagai mimpi?
Mimpi
itu bisa diingat kembali bisa juga tidak, tergantung pada kualitas mimpi.
Kualitas mimpi itu ada yang tinggi ada pula yang rendah, hal ini tergantung
pada pengalaman seseorang. Jika kita rindu sekali, maka bisa jadi kita
memimpikannya. Dapat pula ketika kita bermimpi kita tidak dapat mengingat
kembali apa yang telah kita mimpikan, hal ini karena kualitas mimpinya rendah. Area
mimpi bisa jadi dipelajari di dalam pendekatan psikologi, yakni gejala jiwa.
PertanyaanErmitasari:
Ø Apakah perbedaan antara cinta dan sayang?
Sayang
dan cinta itu kontekstual. Sehingga keduanya bersinergi, cinta bersinergi dan
sayang bersinergi. Cinta dan sayang itu sama-sama intuisi. Kita tidak dapat
mendefinisikan cinta dan sayang. Yang dapat kita lakukan adalah mengkarakteristikkan
atau menyebutkan ciri-ciri dari cinta dan sayang itu sendiri. Mungkin saja kita
dapat menyebutkan bagaimana ciri-ciri orang yang lagi jatuh cinta. Oleh karena
itu cara untuk membedakan cinta dan sayang adalah dengan intuisi. Artinya,
definisinya itu semua pengalaman kita, orang-orang disekitar kita, itulah yang
mendefinisikan cinta dan sayang.
Pertanyaan
Dwi Kartikasari:
Ø Telah diketahui bahwa objek filsafat itu meliputi apa yang ada dan
mungkin ada. Mengapa yang tidak ada itu termasuk objek filsafat?
Yang
tidak ada itu relatif terhadap ruang dan waktu. Yang tidak ada itu memiliki
kemungkinan menjadi ada. Maka yang tidak ada pun bisa dikategorikan termasuk
yang mungkin ada. Semua yang tidak ada ketika akhirnya menjadi ada itu semua
sebagai ikhtiar. Namun, terkadang filsafat dapat berbahaya, karena yang mungkin
ada jika diteruskan masih menjadi mungkin ada, jika masuk ke ranah spiritual
maka merupakan keyakinan. Pikiran kita sebagian dimasukkan ke dalam rumah
epoche.
Pertanyaan
Nurmanita Prima:
Ø Bagaimana hakikat guru matematika yang dianggap galak di sekolah?
Hakikat
dan galak itu tidak imbang. Mungkin yang dimaksud adalah ciri-ciri guru yang
galak. Jika ditanyakan ciri-ciri guru yang galak maka jawaban yang mungkin
adalah guru yang mudah marah, toleransinya kecil, suka memaksakan kehendak.
Pertanyaan
Arlian Bety:
Ø Bagaimana menghadapi orang yang enggan atau pelit membagi ilmu
terhadap orang lain?
Cara
kita berinteraksi adalah dengan berkomunikasi. Jika orang yang memiliki ilmu
tidak ikhlas berbagi, maka biarkan saja. Pelit itu berdimensi. Orang-orang pada
tingkat tekhnologi maju seperti negara-negara kapital yang orientasinya bisnis,
maka mereka akan menghargai apa yang mereka pikirkan. Di Amerika ada istilah teacher
pay teacher, dimana guru memiliki karya kemudian ia membuat file dan
dokumen, ketika orang lain ingin menggunakannya maka ia harus membayar.
Pertanyaan
Naafi Awwalunita:
Ø Bagaimana cara memberikan pemahaman pembelajaran pada guru
matematika yang tidak suka pada guru matematika itu sendiri?
Yang
perlu dibenahi sebenarnya adalah cara pandang kita sendiri terlebih dahulu.
Kita selama ini memandang bahwa orang lain adalah objek yang diberi pemahaman
dan ini itu. Walaupun orang dewasa, prinsip hidup itu adalah keterampilan hidup
/ lifeskill yakni to construct. Ibaratkan saat awal kita belum mengetahui suatu
pengetahuan, misal ketika Pak Marsigit melakukan supervisi RSBI di SMP Negeri 1
Balikpapan, pada awalnya ketika masih di Jogja pemahaman Pak Marsigit mengenai
sekolah ini masih nol. Ketika tiba di Balikpapan dan dijemput oleh pihak sekolah,
pemahaman Pak Marsigit ibarat biji yang mulai membelah. Dalam perjalanan menuju
hotel, orang-orang tadi bercerita banyak mengenai SMP Negeri 1 Balikpapan
sehingga pemahaman Pak Marsigit ibarat tumbuhan yang mulai tumbuh menunjukkan
akar dan tunas daun-daun. Ketika melakukan observasi dan supervisi dengan melihat
dan mengamati langsung proses pembelajaran dan administrasi serta manajemen
disana, pemahaman Pak Marsigit bagaikan pohon yang mulai tumbuh dengan subur
dan kokoh dengan batang dan akar yang kuat dan daun yang rimbun. Maka ketika
Pak Marsigit telah selesai melakukan keseluruhan rangkaian supervisi RSBI nya,
maka pemahaman Pak Marsigit mengenai SMP Negeri 1 Balikpapan itu bagaikan
sebuah pohon yang kokoh dengan batang dan akar yang besar serta rimbun akan
dedaunan dan pohon itu berbuah lebat. Nah, seperti itulah pengetahuan dan
pemahaman yang dibangun sendiri oleh setiap orang. Setiap orang harus aktif
membangun pengetahuan dan pemahamannya. Setiap orang harus menjadi pembelajar
yang aktif bagi dirinya sendiri.
Pertanyaan
Felisitas Sayekti:
Ø Apa penyebab krisis multidimensi yang terjadi?
Krisis
multidimensi yang terjadi penyebabnya adalah guru. Salah satu penyebab krisis
multidimensi itu adalah pemikiran guru yang seperti pada pertanyaan sebelumnya
tadi. Perilaku guru semacam itulah yang menjadi penyebab terjadinya krisis
multidimensi. Karena siswa tidak belajar secara alami, siswa kehilangan
intuisi, siswa dianggap sebagai tong kosong, sehingga hidupnya menjadi tidak
terarah dan melanggar aturan oleh karena krisis intuisi tadi.
Ø Mengapa banyak orang beranggapan bahwa matematika itu sulit?
Sebenarnya
matematika bukan hanya diangap sulit, namun memang sulit. Hal ini karena
bersifat ekstensif dan intensif. Luas seluas-luasnya dan dalam
sedalam-dalamnya. Itulah yang menyebabkan matematika itu sulit. Karena cakupannya
luas, meliputi apa yang ada dan mungkin ada.
Pertanyaan
Siti Subekti:
Ø Apakah yang dimaksud dengan Hermeunitika?
Hermeunitika
itu adalah terjemah dan menterjemahkan. Dalam masyarakat kita tak lain adalah
silaturahim. Jadi, jika kita ingin mengajar matematika yang paling tepat sesuai
sunatullah sebagai masyarakat belajar adalah kita sebagai guru itu
memfasilitasi, membantu agar siswa kita itu dapat bersilaturahim dengan
matematika.
Pertanyaan
Rudy Prasetyo:
Ø Bagaimana melawan kemalasan?
Memang,
orang gemuk itu godaannya adalah mudah tidur, sehingga dekat dengan yang
namanya malas dan tak jarang sering terkena penyakit. Namun orang kurus pun ada
yang mudah terkena penyakit. Maka berfilsafatpun dapat membuat orang menjadi
kurus. Hal ini karena mengerti itu dapat membuat orang tidak bahagia.
Pertanyaan
Aries Saputra:
Ø Dalam filsafat, apakah ada keterkaitan antara khayalan dan
cita-cita?
Ya,
antara khayalan dan cita-cita memiliki keterkaitan. Cita-cita merupakan
khayalan, tetapi khayalan belum tentu merupakan cita-cita. Maka, cita-cita
merupakan khayalan yang tersistem. Cita-cita memiliki landasan, memiliki alasan
dan memiliki latar belakang.
Pertanyaan
Siti Zainab:
Ø Apa yang dimaksud dengan sombong?
Sombong
memiliki pengertian yang bertingkat-tingkat, mulai dari orang awam, sudut
pandang psikologi, hingga spiritual. Sombong dalam arti spiritual adalah
identik dengan setan. Tanpa harus didefinisikan, kita telah mampu mengetahui
apa yang disebut sombong. Jika kita tidak mengetahuinya, maka dapat dikatakan
kita telah kehilangan intuisi. Karena sombongpun dapat diketahui dengan bantuan
intuisi.