Kekuatan mitos dan intuisi
Pada hakikatnya, berfilsafat itu
sama halnya dengan berinteraksi antara makro dan mikro. Lebih detail
diibaratkan dunia makro itu adalah keseluruhan dan universal sedangkan dunia
mikro adalah diri kita sendiri. Ketika orang-orang Yunani berusaha untuk
mengalahkan dan menyangkal mitos-mitos yang ada, maka sebenarnya hal itu
terjadi pula dalam diri kita terkait ruang dan waktu. Meskipun terdengar tabu,
namun mitos sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan kita. Bahkan anak
kecilpun belajar sesuatu yang baru dalam hidupnya mengenai kehidupan dan
hal-hal lain berdasarkan mitos. Singkat kata, mitos dapat diartikan sebagai suatu
hal yang tidak kita pahami maknanya namun kita lakukan. Misalnya saja, dalam
hal pendidikan matematika, kita sebagai guru tidak mengerti dan tidak memahami
mengenai rumus pythagoras, namun kita mengajarkan rumus pythagoras tadi kepada
siswa dan ‘memaksa’ siswa untuk menghapal rumus pythagoras tanpa mengetahui
maknanya. Nah, hal ini lah yang dinamakan mitos. Dalam hal ini guru mengajar
dengan metode mitos dan siswa belajar dengan menggunakan metode mitos. Baik
guru maupun siswa sama-sama tidak mengerti akan makna pelajaran yang sedang
diajarkan dan dipelajari, namun mereka melakukannya dengan cara saling
‘mentransfer’ ilmu yang tidak dipahami tersebut dengan menghapal tanpa tahu
kebermaknaan, kebermanfaatan dan asal-usul ilmu tersebut. Jika dipandang dalam
ruang spiritual, tak jarang pula terjadi mitos yang menyertai kehidupan
manusia. Misalnya untuk urusan ibadah. Jika diajukan pertanyaan mengenai
“seberapa jauhkah sholat Anda dikatakan mitos?” maka secara filsafat sangat
mungkin sholat kita dikatakan sebagai mitos jika kita sholat tanpa mengetahui
maknanya, hanya sekedar ikut-ikutan saja.
Apapun yang telah terjadi di dunia
ini terhadap diri kita adalah yang terbaik bagi kita dari Tuhan. Padahal yang
terjadi dalam hidup kita meliputi yang gagal dan yang sukses. Kegagalan kita di
waktu yang lampau itu justru adalah yang terbaik bagi diri kita. Tiada sekecil
zarah pun bahkan tiada setitik pun yang tiada berharga bagi diri kita semua.
Tiada hal sedikitpun yang bukan merupakan karunia. Oleh karena itu, segala yang
ada dan mungkin ada pun adalah merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri.
Secara psikologi, dikatakan bahwa kegagalan merupakan awal dari keberhasilan.
Kehidupan kita tak lepas pula dari yang
namanya intuisi. Bahkan 90% hidup kita adalah intuisi sedangkan 10% sisanya
barulah rasionalitas. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita memperhatikan
pentingnya intuisi dalam kehidupan kita. Intuisi yang harus kita miliki terkait
intuisi terhadap ruangdan waktu. Intuisi dan mitos itu diperoleh dengan cara aktivitas
dan interaksi. Itulah sebabnya, matematika sekolah didefinisikan sebagai suatu
aktivitas dan kegiatan bukan sebagai ilmu. Matematika didefinisikan sebagai
kegiatan. Kegiatan mencari pola, kegiatan menyelesaikan masalah, kegiatan
investigasi, dan kegiatan berkomunikasi. Hal ini agar intuisi semakin
berkembang.
No comments:
Post a Comment