By Dr.Marsigit,MA
Reviewed by Fitria Yelni (http://fitrialikemath.blogspot.com)
Dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945, telah diamanatkan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan merupakan elemen penting dalam pembangunan bangsa ini. Adapun tujuan sistem pendidikan di Indonesia diantaranya (1)meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2)mengembangkan kecerdasan dan keterampilan diri; (3)mengembangkan sikap positif akan kepercayaan diri dan pengembangan diri; (4)menjamin seluruh anak agar mengenyam pendidikan.
Paradigma yang terjadi pada praktik pengajaran di Indonesia adalah biasanya guru secara langsung dan panjang lebar menjelaskan dan memberi pertanyaan kepada seluruh kelas dan diikuti dengan siswa mengerjakan tugas yang diberikan dalam lembar jawab di tempat duduknya masing-masing. Terkesan kaku, monoton, tegang dan formal, bukan? Guru berfungsi sebagai figur utama dalam menentukan kegiatan dan melaksanakan instruksi yang telah dibuatnya, dan juga, siswa sangat jarang turut serta aktif dalam proses pembelajaran baik perorangan maupun dalam interaksi dengan siswa lain. Sebagian besar guru menghabiskan waktunya untuk menyampaikan informasi kepada siswa dan papan tulis hanya dijadikan sebagai alat bantu visual untuk menulis oleh guru ketimbang digunakan untuk menyajikan urutan berpikir logis dari beberapa gagasan yang dapat membangun pemahaman siswa. Menurut Peterson (1988), tantangan terbesar bagi pendidik pada dekade yang akan datang adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan belajar siswa dalam matematika; sebisa mungkin guru harus dapat melibatkan siswa agar secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pemahaman.
Saat ini, studi tentang pendidikan matematika dan sains telah mengindikasikan bahwa prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dan sains sangat rendah, hal ini tampak dari rendahnya nilai hasil Ujian Nasional dari tahun ke tahun baik di jenjang SD maupun SMP/SMA. Penguasaan konsep matematika dan sains serta keterampilan proses oleh siswa masih rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya (1)kurangnya aktivitas di laboratorium, (2)kurangnya guru yang menguasai pendekatan keterampilan proses dalam sains, (3)isi dari kurikulum matematika dan sains yang terlalu penuh, (4)banyaknya waktu yang terpakai untuk mengurusi syarat administrasi bagi guru, (5)masih belum memadainya peralatan laboratorium dan sumber daya manusianya. Studi juga menunjukkan bahwa terdapat ketidakcocokan antara tujuan pendidikan, kurikulum yang digunakan, dan sistem penilaian; yang dapat teridentifikasi berdasarkan fakta: (1)Ujian Nasional hanya mengukur kemampuan kognitif siswa saja, (2)sistem UMPTN dianggap memicu para guru menerapkan pengajaran dengan berorientasi pada tujuan yang harus dicapai ketimbang berorientasi pada proses pengajaran matematika dan sains yang sesungguhnya. Kurang berhasilnya perubahan paradigma lama pendidikan menuju level yang lebih baik disebabkan oleh beberapa kendala yang cukup terbilang krusial, diantaranya kompleksitas lingkungan pendidikan, keterbataan anggaran, kurangnya sumber daya dan fasilitas pendidikan, divergensi dari konteks pendidikan seperti etnis, nilai budayadan letak geografi, kurangnya pemahaman guru tentang teori praktek mengajar yang baik dan penerapannya.
Banyak hal yang sebenarnya dapat dilakukan guna meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika dan sains oleh pendidik, diantaranya melalui kerjasama dengan lembaga pendidikan. Kerjasama antara lembaga pendidikan, seperti misalnya mencari model alternatif melalui referensi pengalaman pendidikan dari beberapa negara lain dapat memberi beberapa manfaat dan kesempatan untuk: (a) mendiskusikan dan meningkatkan pelaksanaan kurikulum yang mencakup pengembangan buku teks, bahan ajar, metodologi mengajar, dan penilaian, (b) memperkaya pengalaman pendidik matematika dan sains, (c) meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran serta laboratoran (d) memecahkan masalah belajar mengajar matematika dan sains di sekolah, (e) merekomendasikan cara-cara untuk meningkatkan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan, dan (f) memenuhi harapan masyarakat mengenai praktik matematika dan pendidikan sains. Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, tentu diperlukan suatu kegiatan sebagai jalan untuk bertukar pengalaman antara lembaga pendidikan sehingga dapat memperkaya pengetahuan guru mengenai pendidikan matematika yang seharusnya. Terdapat bermacam kegiatan yang dapat dilakukan guru, diantaranya adalah dengan melakukan seminar dan lokakarya, melakukan penelitian bersama, menerbitkan dan menyebarluaskan hasil bertukar pengalaman dan atau jurnal, serta membangun jaringan antar lembaga atau negara. Hal-hal yang penting dipertimbangkan dalam meningkatkan pendidikan adalah kemampuan rata-rata guru dan kualitas kelas yang relatif tinggi, desain kelas dan pengajaran yang tepat, lingkungan dan kondisi pendidikan yang homogen di seluruh negeri, guru yang rajin, menjunjung prinsip kesetaraan, tingginya tanggungjawab guru.
No comments:
Post a Comment