Pertanyaan-Pertanyaan dalam Perkuliahan
Filsafat
Pertanyaan
Lina Dwi Aris:
Ø Apa hakikat angin?
Objek
dalam berfilsafat itu memiliki dimensi. Cara mengetahuinya pun memiliki
dimensi. Nah, dimensi yang paling primitif adalah intuisi. Misalnya, sejak
kapan kita kenal dengan angin? Jika kita tidak dapat mengatakan sejak kapan,
hal ini berarti kita termasuk kaum intuisionisme dalam hal angin. Jadi dalam
hal mengetahui hakikat dari suatu hal, peran intuisi sangat penting karena
dalam hampir 90% hidup kita adalah intuisi. Sehingga dalam interaksi di
kehidupan sehari-hari dengan alam, keluarga, teman, dan masyarakat di hidup
kita itu sesungguhnya dalam rangka memperoleh intuisi. Setelah itu barulah
terbentuk di dalam pikiran kita, sehingga kita sudah dapat mengkategorikan tiap
hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Imanuel Kant. Setelah
dibuatnya kategori-kategori tersebut, kemudian kategorkategori itu dipakai lagi
untuk dipikirkan sehingga dengan intuisi itu kita dapat meregulasikan apa yang
ada di pikiran kita. Jika dilihat secara berdimensi dalam filsafat, ada 4
langkah yaitu material, formal, normatif dan spiritual. Artinya, angin dalam
bentuk formalnya dapat berupa badai, topan, maupun puting beliung. Secara
normatif, angin dikaji secara keilmuan yakni secara fisika misalnya. Dalam
geografi angin didefinisikan sebagai pergerakan. Selanjutnya, untuk mengetahui
bentuk spiritual dari angin dapat mencari definisinya dalam kitab suci. Jika
kita tidak dapat menemukannya, maka dapat dikatakan bahwa pemahaman angin hanya
terbatas hingga bentuk formalnya saja. Dapat pula dikatakan bahwa angin dapat
dipahami dengan intuisi sehingga merupakan pengertian intuitif. Intuitif itu
ada dimana-mana. Tiap yang ada dan mungkin ada termasuk ada intuitifnya.
Pertanyaan
Eka Budiarti Pratiwi:
Ø Apa hakikat dari perceraian?
Berbeda
dengan hakikat angin, perceraian memiliki pemahaman yang lebih jelas. Secara
formal di dalam undang-undang perkawinan jelas dikatakan mengenai apa itu
perceraian. Secara spiritualpun, telah diyakini pula bahwa Tuhan sangat tidak
menyukai perceraian. Secara normatif kaitannya dengan baik, buruk, manfaat dan
lain sebagainya.
Pertanyaan
Nurmanita Prima:
Ø Jika seseorang telah menikah, kemudian orangtua dan suami/istri
memerlukan bantuan. Manakah yang harus diutamakan?
Yang
diutamakan adalah komunikasi karena hal ini menyangkut problem komunikasi. Oleh
karena pentingnya komunikasi, sampai-sampai dikatakan bahwa hidup ini adalah
komunikasi.
Pertanyaan
Cony Devilita:
Ø Apakah hakikat keyakinan dan kepercayaan dalam tinjauan masalah
agama?
Ada
pengertian (term) yang berkembang. Misalnya pada Aceng. Dalam hal ini,
ada term yang berkembang bahwa Aceng telah dikonotasikan negatif. Demikian
juga kepercayaan. Kepercayaan itu dapat disebut sebagai naik pangkat atau naik
derajat. Setelah timbul permasalahan dan muncul adanya kesepakatan, maka itulah
yang disebut kepercayaan. Sebelum adanya permasalahan, orang cenderung
mencampuradukkan antara kepercayaan dan keyakinan. Namun oleh karena ada
orang-orang yang memiliki kekuasaan, misal yang duduk di pemerintahan seperti di
DPR, dan lain sebagainya yang alirannya kepercayaan, maka hingga sekarang
muncul term berdasarkan kepercayaan dan keyakinan kita masing-masing.
Inilah pentingnya bahasa dalam filsafat. Namun, bahasa pun terkadang dapat
mati. Misalnya “bekas”. Dahulu kata “bekas” ini masih dipakai dengan baik
selayaknya kata-kata lain. Namun sekarang kata “bekas” mengalami reduksi atau
penurunan makna karena banyak digunakan dengan makna yang kurang baik.
Kepercayaan memiliki bentuk formal karena diatur dalam perundang-undangan.
Kepercayaan juga memiliki bentuk spiritualnya.
Pertanyaan
Rudy Prasetyo:
Ø Bagaimana menyikapi kekalahan agar tidak semakin terpuruk?
Melihat
kasus penembakan yang terjadi beberapa hari lalu di Conecticut, memperlihatkan
bahwa apapun yang dibicarakan jika orang yang berbicara sudah tidak dianggap di
kepala, maka tidak akan didengarkan atau menghibur apapun. Satu-satunya orang
yang dapat menghibur adalah orang yang paling berkuasa di Amerika yakni Barrack
Obama bersama pendeta-pendeta. Maka, ada dua langkah dalam menghadapi
kekalahan, yakni ikhtiar dan berdo’a. Jika dalam menghadapi kekalahan kita
merasa terpuruk, maka hal itu wajar adanya.
Pertanyaan
Rina Susilowati:
Ø Bagaimana menumbuhkan semangat ketika kita gagal?
Menumbuhkan
semangat saat mengalami kegagalan dapat dengan cara mencari motivasi bagi diri
kita. Setiap hal yang ada dan mungkin ada, apapun itu, dapat digunakan sebagai motivasi
untuk memotivasi diri kita. Motivasi bisa diperoleh dari mana saja. Bisa dari
pengalaman oranglain, televisi, bahkan musibah yang terjadi pada orang lain
agar kita bersyukur akan apa yang telah kita miliki. Selain itu, cara dalam
menumbuhkan semangat saat gagal adalah dengan menentukan tujuan. Cara
selanjutnya adalah dengan komunikasi.
Pertanyaan
Tri Wahyuni:
Ø Mengapa ada pro dan kontra? Apakah penyebabnya?
Hal
ini adalah kodrat sesuai sunatullah. Tuhan menciptakan siang dan malam,
laki-laki dan perempuan, dan juga pro dan kodrat.
Pertanyaan
--------- :
Ø Apakah segala yang ada dan mungkin ada ini dapat diartikan ke dalam
penciptaan Tuhan?
Segala
yang ada dan mungkin ada hanyalah sebagian dari ciptaan Tuhan. Bahkan yang
mungkin ada bagi diri kita tidak ada apa-apanya dari ciptaan Tuhan.
No comments:
Post a Comment