Thursday, December 22, 2011

“LOOKING FOR ALTERNATIVE MODELS IN REFERENCE TO JAPANESE EDUCATIONAL EXPERIENCES” MATH PROGRAMS FOR INTERNATIONAL COOPERATION IN INDONESIA

By Dr.Marsigit,M.A
Reviewed by Fitria Yelni (http://fitrialikemath.blogspot.com)

Secara umum, sistem pengajaran di Indonesia masih terpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif. Untuk mengatasinya, diperlukan peran guru untuk meningkatkan keterampilan siswa, terutama dalam matematika. Hasil studi menyebutkan bahwa prestasi siswa dalam matematika masih cenderung rendah. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, seperti dari pendidik masih banyak input pendidik yang memiliki potensi rendah, guru kurang memahami kurikulum, guru masih menggunakan metode konvensional, dan menggunakan satu buku acuan yang dianggapnya paling baik karena diterbitkan oleh penerbit tertentu. Dalam hal penilaian, guru cenderung menilai siswa dari aspek kognitif saja, dan sangat jarang bahkan ada yang melupakan aspek-aspek lain seperti afektif dan psikomotorik siswa.

Upaya untuk menanggulangi masalah di atas adalah dengan membentuk kerjasama, seperti JICA sebagai contoh bentuk kerjasama Indonesia-Jepang. Bentuk kerjasama tersebut berupa mengadakan uji coba (piloting) yang mengacu pada pengembangan instrumen, metode pengajaran, model bahan ajar, dan sistem evaluasinya. Dari haisl uji coba tersebut, siswa mengalami peningkatan prestasi, guru juga mendapatkan pengalaman sehingga dapat menerapkan metode pengajaran yang lebih bervariasi, seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Sayangnya, semua itu perlu proses sehingga tidak mungkin guru berpindah metode pengajaran secara instan.

Sedangkan pembelajaran matematika di Jepang lebih mengau pada keterampilan dan kemampuan siswa. Guru lebih menekankan pengajaran dan pemahaman dibanding perhitungan dengan mengutamakan siswa yang harus aktif. Di Jepang terdapat komite yang mengawasi penggunaan buku teks/ bahan ajar. Di Jepang, penilaian dilakukan dengan cara pemeriksaan dan pengamatan terhadap kegiatan siswa dan memperhatikan kesalahan siswa. Gaya mengajar di Jepang didasarkan pada pemecahan masalah. Jepang juga menggunakan penelitian tindakan kelas sebagai alternatif peningkatan mutu pembelajaran, yang bekerjasama dengan professor dari universitas.
Hal positif dari Jepang yang dapat dicontoh antara lain:
1.     Rata-rata kemampuan guru dan kualitas kelas relatif tinggi
2.     Desain pengajaran yang tepat
3.     Lingkungan dan kondisi pendidikan cenderung homogen
4.     Guru yang rajin
5.     Prinsip kesetaraan
6.     Tanggung jawab guru yang tinggi
7.     Adanya perpindahan guru ke sekolah lain dalam jangka waktu tertentu.

No comments:

Post a Comment