Sunday, December 16, 2012

Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika

Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika

Pertanyaan-Pertanyaan dalam Perkuliahan Filsafat

Pertanyaan Yulian Angga Pratiwi:
Ø Apakah segala sesuatu itu memiliki pola serumit benang kusut?
Sebuah pola itu bukan merupakan pola bagi orang yang tidak memahami. Sebuah jalan itu bukan merupakan jalan bagi orang yang tidak memahaminya. Jadi, bagi orang yang memahami dan mempercayainya, maka segala hal yang ada itu telah didesain oleh Tuhan Yang Maha Esa dan segalanya memiliki pola, hanya saja karena keterbatasan yang kita miliki akhirnya kita tidak mampu menyikapinya secara bijak. Ibaratnya seekor semut yang ada di dalam ember, ia tidak mengetahui bahwa di luar ember itu ada seekor ayam yang siap menerkamnya sebagai sebuah mangsa. Sehingga segala pola yang ada di dunia ini tergantung keyakinan dan pikiran kita.

Pertanyaan Rina Susilowati:
Ø Apa hakikat perbedaan dalam persatuan?
Semua orang itu berbeda dalam berbagai hal tapi bisa bersama dalam beberapa hal. Semua orang itu bisa berbeda namun semua orang itu adalah sama. Sama-sama makhluk Tuhan. Sama-sama membutuhkan oksigen. Sama-sama membutuhkan makan. Dan pada akhirnya sama-sama akan mati. Namun tidak ada manusia yang sama oleh karena manusia terikat oleh ruang dan waktu.
Ø Kapan sesuatu itu dikatakan sebagai mimpi?
Mimpi itu bisa diingat kembali bisa juga tidak, tergantung pada kualitas mimpi. Kualitas mimpi itu ada yang tinggi ada pula yang rendah, hal ini tergantung pada pengalaman seseorang. Jika kita rindu sekali, maka bisa jadi kita memimpikannya. Dapat pula ketika kita bermimpi kita tidak dapat mengingat kembali apa yang telah kita mimpikan, hal ini karena kualitas mimpinya rendah. Area mimpi bisa jadi dipelajari di dalam pendekatan psikologi, yakni gejala jiwa.

PertanyaanErmitasari:
Ø Apakah perbedaan antara cinta dan sayang?
Sayang dan cinta itu kontekstual. Sehingga keduanya bersinergi, cinta bersinergi dan sayang bersinergi. Cinta dan sayang itu sama-sama intuisi. Kita tidak dapat mendefinisikan cinta dan sayang. Yang dapat kita lakukan adalah mengkarakteristikkan atau menyebutkan ciri-ciri dari cinta dan sayang itu sendiri. Mungkin saja kita dapat menyebutkan bagaimana ciri-ciri orang yang lagi jatuh cinta. Oleh karena itu cara untuk membedakan cinta dan sayang adalah dengan intuisi. Artinya, definisinya itu semua pengalaman kita, orang-orang disekitar kita, itulah yang mendefinisikan cinta dan sayang.

Pertanyaan Dwi Kartikasari:
Ø Telah diketahui bahwa objek filsafat itu meliputi apa yang ada dan mungkin ada. Mengapa yang tidak ada itu termasuk objek filsafat?
Yang tidak ada itu relatif terhadap ruang dan waktu. Yang tidak ada itu memiliki kemungkinan menjadi ada. Maka yang tidak ada pun bisa dikategorikan termasuk yang mungkin ada. Semua yang tidak ada ketika akhirnya menjadi ada itu semua sebagai ikhtiar. Namun, terkadang filsafat dapat berbahaya, karena yang mungkin ada jika diteruskan masih menjadi mungkin ada, jika masuk ke ranah spiritual maka merupakan keyakinan. Pikiran kita sebagian dimasukkan ke dalam rumah epoche.

Pertanyaan Nurmanita Prima:
Ø Bagaimana hakikat guru matematika yang dianggap galak di sekolah?
Hakikat dan galak itu tidak imbang. Mungkin yang dimaksud adalah ciri-ciri guru yang galak. Jika ditanyakan ciri-ciri guru yang galak maka jawaban yang mungkin adalah guru yang mudah marah, toleransinya kecil, suka memaksakan kehendak.

Pertanyaan Arlian Bety:
Ø Bagaimana menghadapi orang yang enggan atau pelit membagi ilmu terhadap orang lain?
Cara kita berinteraksi adalah dengan berkomunikasi. Jika orang yang memiliki ilmu tidak ikhlas berbagi, maka biarkan saja. Pelit itu berdimensi. Orang-orang pada tingkat tekhnologi maju seperti negara-negara kapital yang orientasinya bisnis, maka mereka akan menghargai apa yang mereka pikirkan. Di Amerika ada istilah teacher pay teacher, dimana guru memiliki karya kemudian ia membuat file dan dokumen, ketika orang lain ingin menggunakannya maka ia harus membayar.

Pertanyaan Naafi Awwalunita:
Ø Bagaimana cara memberikan pemahaman pembelajaran pada guru matematika yang tidak suka pada guru matematika itu sendiri?
Yang perlu dibenahi sebenarnya adalah cara pandang kita sendiri terlebih dahulu. Kita selama ini memandang bahwa orang lain adalah objek yang diberi pemahaman dan ini itu. Walaupun orang dewasa, prinsip hidup itu adalah keterampilan hidup / lifeskill yakni to construct. Ibaratkan saat awal kita belum mengetahui suatu pengetahuan, misal ketika Pak Marsigit melakukan supervisi RSBI di SMP Negeri 1 Balikpapan, pada awalnya ketika masih di Jogja pemahaman Pak Marsigit mengenai sekolah ini masih nol. Ketika tiba di Balikpapan dan dijemput oleh pihak sekolah, pemahaman Pak Marsigit ibarat biji yang mulai membelah. Dalam perjalanan menuju hotel, orang-orang tadi bercerita banyak mengenai SMP Negeri 1 Balikpapan sehingga pemahaman Pak Marsigit ibarat tumbuhan yang mulai tumbuh menunjukkan akar dan tunas daun-daun. Ketika melakukan observasi dan supervisi dengan melihat dan mengamati langsung proses pembelajaran dan administrasi serta manajemen disana, pemahaman Pak Marsigit bagaikan pohon yang mulai tumbuh dengan subur dan kokoh dengan batang dan akar yang kuat dan daun yang rimbun. Maka ketika Pak Marsigit telah selesai melakukan keseluruhan rangkaian supervisi RSBI nya, maka pemahaman Pak Marsigit mengenai SMP Negeri 1 Balikpapan itu bagaikan sebuah pohon yang kokoh dengan batang dan akar yang besar serta rimbun akan dedaunan dan pohon itu berbuah lebat. Nah, seperti itulah pengetahuan dan pemahaman yang dibangun sendiri oleh setiap orang. Setiap orang harus aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya. Setiap orang harus menjadi pembelajar yang aktif bagi dirinya sendiri.

Pertanyaan Felisitas Sayekti:
Ø Apa penyebab krisis multidimensi yang terjadi?
Krisis multidimensi yang terjadi penyebabnya adalah guru. Salah satu penyebab krisis multidimensi itu adalah pemikiran guru yang seperti pada pertanyaan sebelumnya tadi. Perilaku guru semacam itulah yang menjadi penyebab terjadinya krisis multidimensi. Karena siswa tidak belajar secara alami, siswa kehilangan intuisi, siswa dianggap sebagai tong kosong, sehingga hidupnya menjadi tidak terarah dan melanggar aturan oleh karena krisis intuisi tadi.
Ø Mengapa banyak orang beranggapan bahwa matematika itu sulit?
Sebenarnya matematika bukan hanya diangap sulit, namun memang sulit. Hal ini karena bersifat ekstensif dan intensif. Luas seluas-luasnya dan dalam sedalam-dalamnya. Itulah yang menyebabkan matematika itu sulit. Karena cakupannya luas, meliputi apa yang ada dan mungkin ada.

Pertanyaan Siti Subekti:
Ø Apakah yang dimaksud dengan Hermeunitika?
Hermeunitika itu adalah terjemah dan menterjemahkan. Dalam masyarakat kita tak lain adalah silaturahim. Jadi, jika kita ingin mengajar matematika yang paling tepat sesuai sunatullah sebagai masyarakat belajar adalah kita sebagai guru itu memfasilitasi, membantu agar siswa kita itu dapat bersilaturahim dengan matematika.

Pertanyaan Rudy Prasetyo:
Ø Bagaimana melawan kemalasan?
Memang, orang gemuk itu godaannya adalah mudah tidur, sehingga dekat dengan yang namanya malas dan tak jarang sering terkena penyakit. Namun orang kurus pun ada yang mudah terkena penyakit. Maka berfilsafatpun dapat membuat orang menjadi kurus. Hal ini karena mengerti itu dapat membuat orang tidak bahagia.

Pertanyaan Aries Saputra:
Ø Dalam filsafat, apakah ada keterkaitan antara khayalan dan cita-cita?
Ya, antara khayalan dan cita-cita memiliki keterkaitan. Cita-cita merupakan khayalan, tetapi khayalan belum tentu merupakan cita-cita. Maka, cita-cita merupakan khayalan yang tersistem. Cita-cita memiliki landasan, memiliki alasan dan memiliki latar belakang.

Pertanyaan Siti Zainab:
Ø Apa yang dimaksud dengan sombong?
Sombong memiliki pengertian yang bertingkat-tingkat, mulai dari orang awam, sudut pandang psikologi, hingga spiritual. Sombong dalam arti spiritual adalah identik dengan setan. Tanpa harus didefinisikan, kita telah mampu mengetahui apa yang disebut sombong. Jika kita tidak mengetahuinya, maka dapat dikatakan kita telah kehilangan intuisi. Karena sombongpun dapat diketahui dengan bantuan intuisi.

Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika



Kekuatan mitos dan intuisi
            Pada hakikatnya, berfilsafat itu sama halnya dengan berinteraksi antara makro dan mikro. Lebih detail diibaratkan dunia makro itu adalah keseluruhan dan universal sedangkan dunia mikro adalah diri kita sendiri. Ketika orang-orang Yunani berusaha untuk mengalahkan dan menyangkal mitos-mitos yang ada, maka sebenarnya hal itu terjadi pula dalam diri kita terkait ruang dan waktu. Meskipun terdengar tabu, namun mitos sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan kita. Bahkan anak kecilpun belajar sesuatu yang baru dalam hidupnya mengenai kehidupan dan hal-hal lain berdasarkan mitos. Singkat kata, mitos dapat diartikan sebagai suatu hal yang tidak kita pahami maknanya namun kita lakukan. Misalnya saja, dalam hal pendidikan matematika, kita sebagai guru tidak mengerti dan tidak memahami mengenai rumus pythagoras, namun kita mengajarkan rumus pythagoras tadi kepada siswa dan ‘memaksa’ siswa untuk menghapal rumus pythagoras tanpa mengetahui maknanya. Nah, hal ini lah yang dinamakan mitos. Dalam hal ini guru mengajar dengan metode mitos dan siswa belajar dengan menggunakan metode mitos. Baik guru maupun siswa sama-sama tidak mengerti akan makna pelajaran yang sedang diajarkan dan dipelajari, namun mereka melakukannya dengan cara saling ‘mentransfer’ ilmu yang tidak dipahami tersebut dengan menghapal tanpa tahu kebermaknaan, kebermanfaatan dan asal-usul ilmu tersebut. Jika dipandang dalam ruang spiritual, tak jarang pula terjadi mitos yang menyertai kehidupan manusia. Misalnya untuk urusan ibadah. Jika diajukan pertanyaan mengenai “seberapa jauhkah sholat Anda dikatakan mitos?” maka secara filsafat sangat mungkin sholat kita dikatakan sebagai mitos jika kita sholat tanpa mengetahui maknanya, hanya sekedar ikut-ikutan saja.
            Apapun yang telah terjadi di dunia ini terhadap diri kita adalah yang terbaik bagi kita dari Tuhan. Padahal yang terjadi dalam hidup kita meliputi yang gagal dan yang sukses. Kegagalan kita di waktu yang lampau itu justru adalah yang terbaik bagi diri kita. Tiada sekecil zarah pun bahkan tiada setitik pun yang tiada berharga bagi diri kita semua. Tiada hal sedikitpun yang bukan merupakan karunia. Oleh karena itu, segala yang ada dan mungkin ada pun adalah merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri. Secara psikologi, dikatakan bahwa kegagalan merupakan awal dari keberhasilan.
         Kehidupan kita tak lepas pula dari yang namanya intuisi. Bahkan 90% hidup kita adalah intuisi sedangkan 10% sisanya barulah rasionalitas. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita memperhatikan pentingnya intuisi dalam kehidupan kita. Intuisi yang harus kita miliki terkait intuisi terhadap ruangdan waktu. Intuisi dan mitos itu diperoleh dengan cara aktivitas dan interaksi. Itulah sebabnya, matematika sekolah didefinisikan sebagai suatu aktivitas dan kegiatan bukan sebagai ilmu. Matematika didefinisikan sebagai kegiatan. Kegiatan mencari pola, kegiatan menyelesaikan masalah, kegiatan investigasi, dan kegiatan berkomunikasi. Hal ini agar intuisi semakin berkembang.

Sunday, November 4, 2012

Penamaan Aliran Filsafat

Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika #Pertemuan 3
Penamaan Aliran Filsafat
Kita telah mengenal ada banyak sekali aliran-aliran filsafat yang muncul dan berkembang di muka bumi ini. muai dari zaman Yunani Kuno hingga zaman modern seperti sekarang ini. Filsafat dapat diberi nama berdasarkan hal-hal apa saja yang berkaitan dengannya, mulai dari objek pembicaraan, tokoh, sifat hingga aktivitasnya. Pertama, aliran filsafat diberi nama berdasarkan objeknya. Jika objek pembicaraan atau yang dibahas adalah mengenai benda-benda alam, maka filsafatnya adalah filsafat alam. Kedua, nama aliran filsafat diambil dari nama tokohnya. Misalnya hegelianisme yang menyatakan bahwa segala yang ada dan mungkin ada adalah sejarah. Ketiga, nama aliran filsafat juga dapat bergantung dari sifatnya. Misalnya, benda dalampikir bersifat ideal, maka filsafatnya adalah idealisme. Ideal itu tetap. Filsafatnya sama dengan Permenides. Pemikiran Plato sejalan dengan Permenides. Kita ambil analogi bilangan. Suatu bilangan itu tetap karena berada di dalam pikiran. Lain halnya jika bilangan itu sudah berada di luar pikiran. Jika bilangan itu sudah berada di luar pikiran, maka ia meliputi apa yang ada dan mungkin ada, sehingga bersifat plural. Sebagai contoh, angka 5. Lima  itu plural, karena meliputi lima yang tebal, lima yang tipis, lima yang besar dan lima yang kecil. Maka filsafatnya realisme, artinya real. Tokoh realisme adalah Aristotelian. Keempat, aliran filsafat dapat diberi nama berdasarkan aktivitasnya. Socrates, filsafatnya diperoleh dengan cara bertanya sehingga filsafatnya diberi nama dialektisisme.
Jika yang benar itu satu, maka filsafatnya monoisme. Hal ini berarti tidak lain dan tidak bukan yang benar itu satu, yaitu Tuhan. Tuhan itu monoism. Jika sudah berbicara dan masuk ke lingkup hati, maka yang benar itu satu. Lain halnya jika  yang benar itu banyak, maka lingkup pembicaraan mengarah ke dunia. Maka dunia itu banyak; pikiran itu banyak; sehingga banyak itu pluralisme. Jika yang benar itu pada dua kutub, misalnya boleh – tidak boleh, baik – buruk; masyarakat kita kurang terampil memberi penjelasan mengenai baik dan buruk.
Jika yang benar adalah menurutku, maka filsafatnya subjektivisme. Sedangkan apabila mengakui pendapat orang lain, maka filsafatnya adalah objektivisme. Namun semua penamaan aliran filsafat ini tidak semudah yang telah dikatakan, karena semuanya telah melalui abstraksi yang mahadahsyat dan mahahebat dengan memilih salah satu statement yang sangat singkat. Semua hal tersebut berkaitan dengan to determine yang artinya menentukan. Menentukan dengan luas seluas-luasnya dan dalam sedalam-dalamnya; oleh karena itu manusia tidak dapat lepas dari kegiatan to determine. Sebagai contoh, memakai baju. Nah, dalam memakai baju maka kita to determine terhadap baju, dalam hal ini kita menentukan nasib baju tersebut. Maka determine yang absolut adalah Tuhan. Manusia yang memiliki kebiasaan menentukan sifat termasuk determinism. Apa saja yang dilakukan manusia? Jawabannya adalah banyak hal. Mulai dari memindah, mengurangi, menghukum, dan lain lain. Tidak perlu terlalu jauh mengatakan politikus dan otoriter itu determinis. Bahkan melihat dan memikirkan suatu hal pun sudah termasuk tindakan yang determine. Determine itu sejalan dengan reduksi. Reduksi itu memilih. Maka kita terlahir dari rahim ibu siapa, itu telah terpilih dati Tuhan. Kita dapat mengatakan bahwa itu takdir. Kita tidak dapat memilih, tetapi terpilih. Maka determine dan reduksi itu adalah metode yang sangat ampuh tetapi sekaligus sangat berbahaya dan sangat merugikan. Analoginya, saat perkuliahan kita memandang dan menatap ke arah dosen. Maka kita kehilangan kesempatan untuk memandang yang lain. Kita sangat merugi karena yang lain memiliki hak yang sama untuk dipandang. Maka dari analogi tersebut kita bersifat reduksi dan determine sekaligus. Sangat berbahaya jika sifat determinis tersebut menutupi sifat yang lain, sehingga yang lain tidak berdaya. Oleh karena itu, maka di dalam suatu perkuliahan meskipun duduk mengitari dosen, tetapi dosen tidak berdiri. Dalam hal ini dosen duduk sama rendah dengan mahasiswanya, artinya memiliki hak yang sama dalam mencari kebenaran. Dalam berfilsafat, kita tidak dapat menggunakan metode yang instan. Filsafat itu hidup, maka gunakanlah metode hidup untuk mempelajarinya, yakni dengan bergaul, berinteraksi dan membaca terus-menerus.
Filsafatnya para dewa adalah transendentalism. Siapakah “dewa” yang dimaksud? Dewa itu diri kita. Dimana dimensinya setingkat lebih tinggi dari orang atu benda yang ada di bawahnya. Contoh sederhananya adalah saya memiliki adik. Maka saya adalah dewa bagi adik saya. Maka ilmu transenden. Jika saya korupsi, maka adik saya tidak mengerti. Yang dapat menangkap adalah ayah saya. Dalam kasus ini, ayah adalah dewa bagi saya. Contoh lain dari sifat transenden ini adalah ketika seseorang sedang mengajar, maka ia dewa bagi murid-muridnya. Saya dewa terhadap baju saya. Apapun yang saya lakukan terhadap baju saya, maka baju itu mengikuti.
Dalam filsafat, digunakan kata ‘dewa’, baik untuk menyebut diri sendiri maupun orang lain yang dimensinya lebih tinggi. Mengapa tidak menggunakan kata atau istilah lain? Sebab kata ‘dewa’ identik dengan ‘Tuhan’. Jawabannya karena ‘dewa’ adalah kata yang paling mewakili. Telah disebutkan sebelumnya bahwa filsafat itu menggunakan bahasa analog. Bahasa analog itu lebih tinggi dari sekedar bahasa kiasan. Itulah berbahayanya berfilsafat jika tidak ditempatkan pada konteksnya. Hal yang keliru adalah kecenderungan kita dalam membawa istilah-istilah itu ke luar. Karena sudah tidak kontekstual lagi. Maka berbahayalah orang berfilsafat secara parsial dan tidak kontekstual, setengah-setengah, sepenggal, tidak utuh. Filsafat itu refleksif bagi orang-orang dewasa dan orang-orang yang mampu memikirkannya. Artinya, walaupun sudah tua, belum tentu dewasa pemikirannya.

Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika #pertemuan ke-2

ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT, TOKOH DAN IDENYA
Oleh
Fitria Yelni (09301241040)
Pendidikan Matematika 2009

BAB I
PENDAHULUAN
Tradisi pemikiran Barat dan filsafat saat ini merupakan paradigma pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas hingga mencakup seluruh aspek kehidupan. Memahami dan menelusuri tradisi pemikiran budaya Barat dalam pandangan filsafat merupakan suatu apresiasi dan kearifan tersendiri, karena dengan begitu dapat dilacak segi positif dan negatif dari suatu tradisi pemikiran dimana kita dapat meniru segi positif dan tidak mengulangi segi negatifnya.
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan bahkan segala aspek dan lini kehidupan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Tulisan ini akan membahas mengenai zaman-zaman perkembangan filsafat dengan berbagai macam aliran filsafat beserta para tokoh dan ide yang dituangkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut ini adalah empat periodisasi filsafat didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada saat itu, dimana didalamnya terdapat beberapa aliran filsafat serta tokoh-tokoh yang berpengaruh di zamannya.
A.      Zaman Yunani Kuno
Pemikiran filsafat Barat ini muncul yang ditandai oleh runtuhnya dongeng-dongeng dan mite-mite yang dulunya menjadi pembenaran pada suatu gejala alam. Manusia pada waktu itu melalui mite-mite mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan tentang kejadian yang berlangsung didalamnya. Ada 2 mite yang berkembang, yaitu kosmologis yang mencari asal-usul alam semesta, dan mite kosmologis yang mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta serta sifat-sifatnya.
Adapun tokoh-tokoh yang berpengaruh pada zaman Yunani Kuno diantaranya adalah:
1.         Thales (640-550 SM) menyimpulkan bahwa air merupakan asal mula segala sesuatu, karena air meresapi seluruh benda di jagad raya ini. Thales lahir di Miletus. Ia diberi gelar sebagai bapak filsafat, karena Ia adalah orang yang mula-mula berfilsafat.Gelar itu diberikan kepada Thales, karena ia mengajukan pertanyaan tentang “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?’, padahal pertanyaan ini amatlah mendasar, dari pertanyaan ini saja ia dapat mengangkat namanya menjadi filosof pertama.
2.         Anaximander (611-545 SM) menyimpulkan bahwa asal mula dari segala sesuatu adalah apeiron, yaitu sesuatu yang tak terbatas. Anaximander menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Anaximenes mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan,demikian alasannya. Pembicaraan ketiga filosof ini saja telah memperlihatkan bahwa di dalam filsafat terdapat lebih dari satu kebenaran tentang satu persoalan. Sebabnya ialah bukti kebenaran teori dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan,bukan terletak pada kongklusi. Disini sudah terlihat bibit ralativisme yang kelak dikembangkan dalam filsafat sofisme.
3.         Anaximenes (588-524) menyimpulkan bahwa asal mula sesuatu adalah udar, karena udara adalah unsur vital kehidupan.
4.         Pythagoras (580-500SM) mengatakan bahwa asas mula sesuatu dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan.
5.         Herakleitos (540-475 SM) ungkapannya adalah panta rhei khai uden menei, semuanya mengalir dan tidak ada satupun yang tinggal mantap. Ia lah yang mengagetkan manusia awam mengenai perkataan yang dilontarkannya tatkala ia berkata bahwa sesungguhnya yang sungguh-sungguh ada ialah gerak dan perubahan dan paham relatifisme semakin mempunyai dasar setelah Heraclitus menyatakan engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai iu selalu mengalir. Menurut heraclitus alam semesta ini dalam keadaan berubah, suatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis kosmos tidak pernah berhenti ia selalu bergerak dan bergerak berarti berubah , gerak itu menghasilkan perlawanan 2 itulah semesta ini bukan bahannya seperti yang dipertanyakan “semua mengalir” berarti semua berubah bukanlah pernyataan yang mengandung sederhana. Implikasi pernyataan ini amat hebat hebat. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran itu selalu berubah, tidak tetap .
6.         Parmenides (540-475 SM) pandangannya bertolak belakang dengan Herakleitos. Ia menegaskan bahwa realitas itu tetap, tidak berubah. Gagasan pentingnya yaitu tentang “ada”. Yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada. Herakleitos dan Parmenides menjadi cikal bakal debat metafisika. Herakleitos mewakili pluralism dan empirisme. Sedangkan Parmenides adalah wakil dar monism dan rasionalisme.
7.         Demokritos (460-370 SM), realitas itu terdiri dari banyak unsur yang disebutnya dengan atom. Pandangan Demokritos merupakan cikal bakal dari ilmu fisika, kimia, biologi.
8.         Socrates (470-399 SM), metode filsafatnya langsung dalam kehidupan sehari-hari. Metode filsafatnya yaitu dialektika (berckap-cakap). Socrates tidak menyampaikan pengetahuan, tetapi dengan mempertanyakannya, ia biasa membidani ilmu pengetahuan yang terdapat dalam jiwa orang lain. Ajaran bahwa semua kebenaran itu relative telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan,menggoncangkan keyakinan agam.Ini menyebabkan kebingungan dan kekacaun kehidupan.Socrates bangkit dan meyakinkan orang-orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relative, ada kebenaran yang umum yang dapat di pegang oleh semua orang.Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan. Kita memperoleh ajarannya dari tulisan para muridnya,terutama plato. Kehidupan Socrates berada di tengah –tengah keruntuhan imperium Athena. Disekitarnya dasar-dasar lama hancur, kekuasaan jahat mengganti keadilan disertai munculnya penguasa-penguasa politik yang menjadi orang-orang yang sombong dibandingkan yang sebelumnya.Para pemuda Athena pada masa itu dipimpin oleh doktrin relativisme dari kaum sofis,sedangkan Socrates penganut moral yang absolute yang meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filofof yang berdasarkan ide-ide rasional dan keahlian dalam pengetahuan.
Filsafat adalah kebenaran obyektif,untuk membuktikan adanya kebenaran obyektif,Socrates menggunakan metode yang bersifat praktis,yaitu melalui percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat tentang salah dan tidak salah,adil dan tidak adil,berani dan pengecut ,dll.Socrates menganggap jawaban pertama sebagai hipotesa, dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut yang menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut.Jika hipotesa pertama tidak dapat dipertahankan karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil,maka diganti dengan hipotesa lain,lalu hipotesa kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain dst. Sering terjadi percakapan Socrates menghasilkan kebingungan (aporia), akan tetapi tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang berguna.
Didalam tratatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan mengenai metode Socrates ini. Ada dua penemuan itu berkenaan dengan pengetahuan,y aitu induksi dan definisi. Pertama,menggunakan istilah induksi, yaitu pemikiran yang bertolak dari pengetahuan khusus, lalu menyimpulkan yang umum. Kedua,menggunakan istilah definisi, yaitu mengupayakan sifat umum dengan menyebutkan ciri yang disetujui, kemudian menyisihkan ciri khusus yang tidak disetujui.
Orang sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya,tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang-orang sofis bahwa pengetahuan yang umum itu ada, yaitu definisi. Jadi,orang sofis tidak seluruhnya benar,y ang benar sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah pengetahuan yang kebenarannya relative. Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relativisme kaum sofis,dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan aqidah agama mereka.
Plato memperkokoh tesis Socrates itu.Ia mengatakan kebenaran umum itu memang ada. Ia bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates, melainkan telah ada di alam idea. Kubu Socrates semakin kuat, dan orang-orang sofis semakin kehabisan pengikut. Orang sofis kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan. Sehingga Socrates diadili oleh muridnya,Plato,dibawah judul Apologia ( pembelaan ). Socrates dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati.
9.         Plato (428-348 SM), dia adalah murid Socrates. Plato dikenal dengan filsafat dualism. Ia mengakui adanya dua kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri. Dunia ide adalah dunia yang tetap dan abadi, didalamnya tidak ada perubahan, sedangkan dunia bayangan (inderawi) adalah dunia yang berubah, yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan kepada indera. Plato adalah salah satu dari filsuf besar Yunani yang hidup sekitar abad ke-4 SM yang gagasannya banyak dikembangkan oleh era filsafat maupun para pemikir selanjutnya, termasuk gagasan-gagasan keagamaan dikemudian hari yang juga menjadi perhatian Plato dibawah pengaruh Ofirisme Phytagoras. Sedikit banyak, setelah masa filosofis, Plato mentransformaiskan pemikirannya ke wilayah relijius dengan gagasannya tentang Idea dan Cinta atau Eros sebagaipendorong gerak untuk mencari hakikat dari kehidupan. Dalam buku Mohammad Hatta, “Alam Pikiran Yunani’, ia digambarkan sebagai orang paling bijak yang pernah dilahirkan sejak era Phytagoras dan sebelum Aristoteles dilahirkan. Setidaknya demikianlah yang diyakini oleh mereka yang mengenal benar pikiran Plato. Salah satunya yang kontroversial dan mengundang pertanyaan banyak orang dan para arkeolog adalah hipotesis metaforisnya tentang Atlantis sebagai Benua Yang Tenggelam, yang konon digambarkan Plato sebagai suatu pulau atau anak benua “Nesos” atau “Continent” dimana peradaban manusia masa kini berasal. Demikian tingginya peradaban manusia Atlantis sampai-sampai kesombongan hinggap pada para penduduknya dan dalam sekejap mata menurut taksiran para ahli purbakala yang berminat membuktikan keberadaan Benua Atlantis, benua itu lenyap ditelan tsunami yang sekarang disebut Atlantik. Jadi peristiwa lenyapnya Atlantis mirip dengan Gempa bawah Laut dan Tsunami yang menimpa Serambi Mekah pada tanggal 26-12-2004 yang lalu.
10.     Aristoteles (384-322 SM), ia merupakan murid Plato. Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan.

B.       Zaman Abad Pertengahan
Pada zaman ini merupakan keemasan bagi kekristenan. Pada abad ini, perkembangan alam pikiran Eropa terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama. Pada zaman pertangahan, ada 2 “zaman” yang terjadi, yakni zaman kegelapan dan zaman pencerahan.
1)        Zaman Kegelapan (abad ke-12 dan 13 M)
Filsafat Barat abad pertengahan bisa dikatakan abad kegelapan, karena pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat sampai pada hukuman mati.

2)        Zaman Pencerahan (abad ke-15 M)
Zaman ini merupakan gerakan untuk menentang pola pemikiran zaman pertengahan yang dogmatis. Zaman Renaisans merupakan kelahiran kembali kebebaan manusia dalam berpikir. Renaisans adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh cita-cita kembali manusia yang bebas. Manusia pada zaman ini berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja, yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran dalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Tokoh pemikir pada zaman renaisans adalah:
a)        Nicolaus Copernicus (1473-1543), ia mengemukakan bahwa matahari berada di pusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu berputar pada porosnya, dan berputar mengililingi matahari. Teori ini disebut heliosentrisme, dimana matahari sebagai pusat jagad raya, bukan bumi seperti yang di ungkapkan Ptolomeus, yaitu bumi sebagai pusat jagad raya.
b)        Francis Bacon (1561-1626), Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan menjadi perintis filsafat ilmu pengetahuan. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah knowledge is power, pengetahuan adalah kekuasaan.

C.       Zaman Abad Modern
Lahirnya filsafat modern ini didahului oleh zaman renaisans yang lalu dimatangkan oleh gerakan Aufklaerung di abad 18. Ada dua hal penting yang ada di dalamnya yaitu:
1.  Kekuasaan Gereja semakin berkurang
2.  Kekuasaan ilmu pengetahuan semakin bertambah.
Pengaruh zaman renaisans dan Aufklaerung menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang pesat, terbebas dari pengaruh-pengaruh dogma gereja.
a)         Rasionalisme
Semakin lama manusia menaruh kepercayaan besar terhadap kemampuan akal, sehingga tampaklah adanya keyakinan bahwa dengan keyakinan itu pasti dpat diterangkan berbagai macam persoalan, dan dapat dipecahkannya segala macam masalah kemanusiaan. Aliran filsafat rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya adalah akal.
·      Rene Descartes (1598-1650) melalui metodenya dengan meragukan segala peryataan kecuali pada satu pernyataan saja, yaitu bahwa ia sedang melakukan keragu-raguan itu sendiri. Ia menegaskan bahwa ia dapat merguakn segala hal, namun satu hal yang tidak mungkin diragukan adalah kegiatan meragukan kegiatan itu sendiri. Maka ia sampai kebenaran yang tak terbantahkan, yakni: Saya berpikir, jadi saya ada (cogito a.ergo sum).
b)        Empirisme
Aliran ini bertolak belakang dengan aliran rasionalisme. Bagi penganut empirisme, sumber pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman, pengalaman yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia. Penganut empirisme berkeyakinan bahwa manusia tidak memiliki ide-ide bawaan. Aliran empirisme dipelopori oleh Francis Bacon abad 15. Melalui metode eksperimen dalam metode penelitian dan penyelidikan. Menurut Bacon, manusia melalui pengalamannya dapat mengetahui benda-benda dan hukum-hukum relasi antara benda-benda. Thomas Hobbes juga meyakini bahwa pengenalan atau pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman. Berbeda dari pendahulunya, John Locke lebih terdorong untuk mengemukakan tentang asal mula gagasan manusia, kemudian menentukan fakta-fakta, menguji kepastian pengetahuan dan memeriksa batas-batas pengetahuan manusia.
·      David Hume (1611-1776), Ia adalah pengembang aliran empirisme, ia menegaskan bahwa sumber satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan adalah pengalaman, ia menentang kaum rasionalis. Pemikiran Hume bersifat analitis, kritis, dan skeptis. Ia berpangkal dari suatu keyakinan bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti, jel;as dan tidak dapat diragukan.
c)         Kritisme
Tokoh yang berada dalam aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kritisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme dan empirisme dalam suatu hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisah dari yang lain. Menurut Kant, pengetahuan meruapakan hasil terakhir diperoleh dengan adanya dua kerjasama diantara dua komponen pengalaman inderawi, dan dilain pihak cara mengolah  kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian rupa terdapat suatu hubungan antar sebab dan akibatnya. Kant mencoba untuk menyatukan antara kaum rasionalisme dan empirisme. Pengetahuan rasional adalh pengetahuan analitis apriori, disini predikat sudah termuat dalam subyek. Pengetahuan empiris adlah pengetahuan yang sintetis aposteriori, disini predikat dihubungkan dengan subyek yang berdasarkan  pengalaman inderawi.
d)        Idealisme
Para pengikut aliran idealisme pada umumnya filsafatnya bersumber dari Kant. Murid Kant yang bernama Fichte merupakan penganut idealisme subyektif yang merupakan murid Kant. Selain itu juga ada Scelling yang merupakan penganut filsafat dengan idealisme objektif. Kedua idealisme tersebut itu nkemudian disintesiskan oleh filsafat Hegel dalam filsafat idealisme mutlak.
Menurut Hegel, hukum-hukum pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalh zat yang mutlak itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Oleh karena alam itu satu, dan bersifat mempunyai maksud serta berpikir, maka alam itu berwatak pikiran. Jika kita memikirkan keseluruhan tata tertib yang menyangkut in-organik, organik, tahap-tahap keberadaan spiritual dalam suatu tata tertib yang mencakup segala-galanya. Pada saat itulah kita membicarakantentang yang mutlak. Jiwa yang mutlak atau Tuhan. Hegel tidak mengingkari adanya realitas luar atau realitas objektif. Hegel percaya bahwa sikapnya adalah satu-satunya yang bersifat adil kepada segi objektif pengalaman.
e)         Positivisme
Aguste Comte(1798-1857) adalah tokoh dan pendiri filsafat positivisme. Filsafat Comte anti metafisis, ia hanya menerima fakta-fakta yang ditentukan secara positif ilmiah. Comte mempunyai filsafat yang penting yaitu pencipta ilmu sosiologi.

f)         Marxisme
Karl Marx (1818-1883) merupakan pendiri filsafat ini. Filsafat Marx merupakan sintesis antara metode dialektika Hegel dan Filsafat materialisme Feurbach. Marx mengkritik Hegel yang menurutnya berjalan diatas kepalanya, oleh karena itu harus diputarbalikkan. Filsafat abstrak harus ditinggalkan, karena teori, interpretasi, spekulasi dan sebagainya tidak menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Para filosof menurut Marx hanya sekedar menafsirkan dunia dengan berbagai cara, namun yang terpenting adalah mengubahnya. Hal yang perlu diubah itu adalah masyarakat yang tertindas oleh kaum borjuis dan kapitalis yang menghisap kaum proletar.
D.      Zaman Abad Kontemporer
Filsafat Barat kontemporer (abad XX) sangat heterogen. Hal ini disebabkan antara lain karena profesionalisme yang semakin besar. Banyak filsuf adalah spesialis bidang khusus seperti matematika, fisika, psikologi, sosiologi, atau ekonomi. Hal penting yang patut dicatat adalah bahwa pada abad XX pemikiran-pemikiran lama dihidupkan kembali. Misalnya, Neotomisme, Neokantianisme, Neopositivisme, dan sebagainya. Di masa ini Prancis, Inggris, dan Jerman tetap merupakan negara-negara yang paling depan dalam filsafat. Umumnya, orang membagikan filsafat pada periode ini menjadi filsafat kontrental (Prancis dan Jerman); dan filsafat Anglosakson (Inggris). Aliran-aliran terpenting yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX adalah pragmatisme, vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis (filsafat bahasa), strukturalisme, dan postmodernisme.
·         Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat-akibatnya bermanfat secara praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis. Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
·         Vitalisme berpandangan bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital yang berbeda dengan daya-daya fisik, di mana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis. Tokoh terpenting vitalisme adalah filsuf Prancis, Henri Bergson (1859-1941).
·         Fenomenologi berarti gejala atau apa yang tampak. Jadi, fenomenologi adalah aliran yang membicarakan fenomena atau segalanya sejauh mereka tampak. Fenomenologi dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1938). Seorang fenomenolog lainnya adalah Max Scheler (1874-1928).
·         Eksistensialismei adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Cara berada manusia di dunia berbeda dengan cara berada makluk-makluk lain. Tokoh-tokoh terpenting eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883-1976), Jean-Paul Sartre (1905-1980), Karl Jaspers (1883-1969), dan Gabriel Marcel (1889-1973). Soren Kierkegaard (1813-1855), Friedrich Nietzsche (1844-1900) serta Nicolas Alexandroyitch Berdyaev (1874-1948). Jean-Paul Sartre adalah filsul kontemporer berpendapat bahwa manusia itu bebas atau sama sekali tidak bebas.
·         Filsafat analitis muncul di Inggris dan Amerika Serikatv sejak sekitar tahun 1950. Filsafat analitis disebut juga filsafat bahasa. Filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hahekat bahasa, sebab, asal dan hukumnya. Filsafat ini merupakan reaksi terhadap idéalisme, khususnya Neohegelianisme di Inggris.Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisa bahasa dan konsep-konsep. Memang ahli filsafat sependapat bahwa hubungan bahasa dengan filsafat sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan terutama dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat adalah analisis konsep-konsep dank arena konsep tersebut terungkapkan melalui bahasa. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand Rüssel, Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.
·         Strukturalisme muncul di Prancis tahun 1960, dan dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan sosiologi. Strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap. Tokoh-tokohnya Levi Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucoult.
·         Aliran postmodernisme muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya. Seperti diketahui, modernisme dimulai oleh Rene Descartes, dikokohkan oleh zaman pencerahan (Auflclaerung), dan kemudian mengabadikan diri melalui dominasi sains dan kapitalisme. Tokoh yang dianggap memperkenalkan istilah postmodern (isme) adalah Francois Lyotard, lewat bukunya The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1984). Modernisme mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata melahirkan berbagai dampak buruk, yakni Pertama, obyektifikasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam semena-mena yang mengakibatkan krisis ekologi.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskusi filsafat.